Bismillaahirrohmaanirrohiim ~
Jika aku mengatakan bahwa aku menyayangi Aira, sering aku mendengar Aira mengucapkan dan menjawabnya dengan kalimat ini kepadaku:
“Aira sayang Ummi juga. Sayang Abi dan Dedek bayi dalam perut. Dan sayang sama Aira sendiri.” jawabnya polos dengan senyuman yang khas.
“Loh, sayang Aira juga? Gimana tuh caranya?” timpalku.
“Gini cara nyayangnya, Mi.” jawabnya sambil menunjukkan bagaimana cara Ia mencium tangan kanannya. Karena -selama ini- simbol sayang yang Ia ketahui adalah dengan mencium pipi kami atau menciumi perutku.
“Ummi sayang ga sama Ummi sendiri?” tanyanya melanjutkan.
“Sayang dong!” Kujawab sambil tersenyum. Dan Aira pun juga menanyakan hal yang sama, bagaimana caraku menyayangi diri sendiri. Aku ikuti dengan mencium tangan kananku.
Saat mengingat percakapanku dengan Aira itu, aku sering flashback terhadap apa saja yang sudah kulakukan terhadap diriku sendiri selama ini.
Apakah aku benar-benar menyayangi diriku dengan sepenuhnya?
Atau aku selama ini hanya “merasa” menyayangi diri sendiri?
Sudahkah aku memberi penghargaan pada diriku atas apa yang telah terlewati selama ini?
Sudahkah aku berterima kasih pada diriku sendiri?
Sudahkah?
Sungguh, banyak kejadian yang sudah dilewati diriku sepanjang tahun-tahun kehidupanku di dunia ini. Hingga aku tak bisa mengingatnya secara detail satu per satu tiap kejadian itu.
Tidak mudah memang saat harus menjalani kehidupan di tanah rantau dan berjuang mengasuh anak berdua dengan suami. Terutama di awal-awal kami diamanahi Aira. Cukup memakan waktu juga saat beradaptasi dengan ritme itu. Belum lagi jika mood swing hadir di kala awal mula aku menjadi seorang ibu.
Tidak mudah menjalani peran sebagai ibu di saat banyak tekanan dan tantangan yang harus dihadapi. Dan ketidakmudahan lainnya yang juga kurasakan saat menjalani berbagai peran.
Meski begitu, aku perlu banyak mengucapkan terima kasih pada diriku atas semangat dan upayanya berjuang selama ini. Khususnya perjuangan sepanjang tahun 2020 lalu. Ya, untuk diriku, aku sangat berterima kasih kepadamu untuk banyak hal. Terutama:
Terima kasih sudah bersabar saat mendapatkan goncangan kehidupan dalam berumah tangga.
Terima kasih sudah telaten dalam mengasuh, mendidik dan membesarkan Aira.
Terima kasih sudah kuat saat Allah SWT beri kesempatan hamil lagi.
Terima kasih atas perjuangan menjalani kehamilan yang - sungguh - tidak mudah ini.
Terima kasih karena berusaha menjalankan setiap amanah yang diemban dengan baik.
Terima kasih karena terus berupaya memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih telah berusaha menjadi istri dan ibu yang baik.
Terima kasih untuk semangat yang ditularkan kepada lingkungan sekitar.
Terima kasih sudah legowo atas setiap takdir yang Allah SWT berikan.
Terima kasih karena berusaha tidak meninggikan suaramu di hadapan suami dan anak.
Terima kasih sudah berusaha menghidangkan makanan terbaik untuk keluarga.
Terima kasih karena mampu menghibur di kala sedih.
Terima kasih karena terus berupaya menjalin silaturrahim dengan keluarga besar.
Terima kasih sudah mengingatkan orang lain dengan cara yang baik dan sopan.
Terima kasih karena berusaha memaafkan setiap kesalahan orang lain.
Terima kasih sudah berupaya konsisten terhadap suatu hal.
Dan, tentunya aku berterima kasih atas segala hal yang sudah kamu lakukan dan lewati di tahun 2020 lalu.
Semangatlah wahai diri! Teruslah bersinar di mana pun kamu berada. Teruslah berusaha memperbaiki kualitas hidupmu. Teruslah bersemangat dalam mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya kelak. Meski kamu akan menghadapi tantangan yang tentunya tidak akan dilewati dengan mudah.
Sekali lagi, ingatlah untuk selalu menyertakan Allah SWT dalam setiap aktivitasmu. Wallahu’alam bish-shawab.