Blog

Perhatian

29 Januari 2021

Bismillaahirrohmaanirrohiim ~

Tak selamanya perhatian melulu berasal dari orang tua kepada anaknya. Apalagi jika anak itu masih tergolong belia usianya. Ada kalanya perhatian juga berasal dari diri anak-anak itu sendiri lewat kejadian-kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Seperti ceritaku kali ini bersama Aira, dan bagaimana Ia perhatian padaku.


(1)

Siang ini saat kami sedang makan siang bersama, Aira tiba-tiba saja menanyakan celana warna merah yang kukenakan.

"Umi, celananya baru ya?"

Kujawab, "eh, enggak lah kak. Dah lama ini. Waktu Umi ke Jakarta kemaren celana ini kan juga umi bawa. Tapi sekarang udah jarang dipakai".

"Oh. Aira kira celananya baru, Mi. Soalnya macam baru je", sanggahnya.


(2)

Di lain kesempatan, saat ia melihatku selesai mandi sebelum shalat shubuh dan tengah bersiap dengan mengenakan gamis. Ia pun kembali melontarkan pertanyaan begini,

"Umi mau ke mana pake gamis macam tu?"

“Oh, Umi nggak ke mana-mana Kak. Ini untuk persiapan, sebab habis shubuh nanti kan Umi Insyaa Allah mau pergi jalan pagi”, jawabku.

Maa Syaa Allah, ternyata Aira aware terhadap apa pun yang aku kenakan, ataupun perubahan yang terjadi pada diriku. Yang kufikir Aira tidak akan menanyakan keberadaan celana merah tadi ataupun alasan dibalik mengapa aku menggunakan baju gamis.


(3)

Suatu ketika, saat Aira mengetahui aku tengah menambahkan sambal di santapan makan malamku, Ia berkomentar;

“Eh, Ummi kan lagi hamil. Ada dedek bayi dalam perut Ummi. Ummi tak boleh banyak makan pedas tau!” Ia memberi penekanan di akhir kalimat dengan menambahkan kata tau!

Ia melanjutkan, “Abi je yang boleh makan pedas. Ummi tak boleh.”

Aku menghela napas sembari tersenyum, dan menjawab; “Ia makasih ya Kak, udah ingatkan Ummi. Ummi sikit je ni makan pedasnya, hehe”

Oh, Aira, anakku. Semakin banyak celotehan dan warning yang kudapati keluar dari mulut mungilnya. Terkadang aku speechless dan tak tahu harus merespon dengan kalimat apa, ketika Ia tiba-tiba berkomentar dan mengucapkan suatu kalimat untukku atau respon terhadap lingkungan sekitarnya.


(4)

Pernah juga saat kami sedang bersantai dan Ia melihat kakiku yang tiba-tiba kering dan mengalami sedikit pecah-pecah, Ia lagi-lagi menanyakan hal itu,

“Kenapa sih kaki Ummi macam ni?”

“Oh itu, mungkin sebab kulit kaki Ummi beda dengan kulit kaki Kakak Aira. Umur Ummi juga udah beda dengan Kakak Aira, kan? Kakak Aira masih muda, umurnya 4 tahun” sebenarnya jawaban ini jawaban sekenanya yang keluar dari lisanku.

“Umur Ummi udah tua ke?” Gubrak! Ia balik bertanya.

“Eh, bukan gitu. Umur Ummi bukannya udah tua. Tapi umur Ummi lebih banyak jumlahnya dari umur Aira. Coba deh hitung dengan jari, umur Ummi kan udah 28 tahun” dengan semangat Ia mulai menghitung jari-jarinya.

Dan ternyata Ia belum puas dengan jawabanku tadi dan kembali bertanya,

“Iya mi, tapi ngapa kaki Ummi bisa macam ni?”

“Oh, mungkin aja itu karena Ummi sering berdiri, Kak. Kaki Ummi jadi kering dan pecah-pecah karena menahan berat badan Ummi yang sekarang ada dedek bayinya,” dan semoga saja kali ini Ia puas dengan jawabanku.

Dan sepertinya Ia puas dengan jawabanku, karena Aira akhirnya mengakhiri pembicaraan sore itu dengan menjawab,

“Iyalah Mi. Ummi hari-hari selalu berdiri kan. Ummi masaknya berdiri, cuci piring juga berdiri, kalau mau matikan atau hidupkan kipas dengan lampu, Ummi juga berdiri, Ummi jemur baju berdiri, angkat jemuran berdiri, siram tanaman juga berdiri. Semua-semuanya Ummi berdiri. Makanya kaki Ummi jadi macam tu.” Ia menceritakannya sembari menghitung dengan jari berapa jumlah aku berdiri setiap harinya 😃


Begitulah, perhatian yang kita berikan padanya juga akan Ia tunjukkan kepada kita sebagai orang tuanya.

Maa Syaa Allah Tabarakallah. Barakallahu fiiha. Aamiin.

Umi & Aira

• • •

Penulis

Chairun Nisa Chan

Seorang ibu. Menuliskan segala yang ada di pikiran. Dan suka baca buku.

• • •